Selasa, 31 Mei 2011

Ketiga

Pernah aku dengar kicauan burung, nadanya terdengar alami dan apa adanya. Mewarnai pagi, memberi pesan bahwa hari itu indah. Bila langit mendung, tak lagi aku dengarkan kicauan itu. Entah bersembunyi dimana mereka. Tapi yakin rasa ini anadai hari sedang baik kicauan itu akan datang dan bantu aku memaknainya.

Suatu hari yang mendung terdengar sebuah kicauan. Mulutnya besar, tidak berupa paruh. Ya, dia bukan burung yang berkicau. Tetapi tidak kalah cantik kicauannya, yang indah - indah dia ceritakan. Kata - katanya teratur namun agak ragu.

"Kamu ingat waktu pertama kali kita ketetemu? aku cuma diam lihat kamu diwawancara, dan merhatiin gerak - gerik tingkah laku kamu. Aku perhatiin gerak bibir kamu, mata kamu yang sesekali ngelihat kearah aku, saat itu aku tau kalau kamu adalah wanita yang paling cantik yang pernah aku lihat." hatiku seakan luluh mendengar akhir kalimatnya yang memuji.

"Aku yakin kalau kamu adalah orang yang bisa buat aku seneng, dan aku enggak mungkin salah sama perasaan itu." aku masih terdiam memandangi jalanan didepan rumahnya.

"Aku sayang sama kamu.. cuma kamu. kamu percaya kan sama aku?"

"Percaya? Aku harus percaya sama apa? kata - kata? Buat apa aku percaya kalau ternyata itu enggak sesuai sama kenyataan, kenyataan yang aku lihat sendiri"

Dulu kita sering menghabiskan waktu berdua, untuk menonton film atau hanya sekedar duduk dan mengobrol. Aku merasa bahwa kita punya banyak kesamaan, dan sampailah pada titik dimana aku ingin sekali untuk terus menghabiskan waktu bersama - sama. Bahkan lebih jauh lagi aku ingin memiliki dia. aku sebagai wanita tidak memiliki keberanian untuk berbicara soal status hubungan kita. Tetapi pernah beberapa kali aku singgung mengenai status hubungan ini, dan jawabannya "Buat aku, status itu hanya status tapi yang nentuin perasaan kita kan bukan status?" Aku mengangguk tersenyum, melihat air mukanya yang menerangkan seakan berkata aku tidak punya istilah yang lebih baik dari kata, pacaran, pasangan suami isteri, dan sinonim pasangan yang lainnya untuk menggambarkan hubungan yang kita rasa sangat lucu, menyenagkan, indah, dan lain - lain.

Tapi sore itu pertanyaanku tadi terjawab. Aku bermaksud untuk memberikan dia sebuah kejutan dihari ulang tahunnya. Saat aku hampiri rumahnya langkahku terhenti ketika aku melihat dia dan wanita lain sedang bercengkrama disamping kue ulang tahun. Tingkahnya tidak memperlihatkan bahwa hubungan mereka adalah hubungan keluarga apa lagi hubungan teman. Aku terdiam dan dia tiba - tiba datang menghampiri aku berusaha menjelaskan semuanya, dan berakhir dengan ucapanya

"Aku sayang sama kamu.. cuma kamu. kamu percaya kan sama aku?"

Aku langsung teringat persoalan status yang dulu pernah kita bicarakan. Saat itu aku enggan mendengarkan penjelasaan apa - apa. Tetapi mengapa dia tidak berbicara jujur bahwa aku ini hanya orang ke - 3.

Mengapa dia harus menyiksa aku dengan serangkaian kata - kata penjelasan yang tidak akan mejelaskan, terlebih menyelesaikan sesuatu.