Kamis, 27 Juni 2013

The Ending


Suatu malam, saya dan seorang teman sedang duduk – duduk dan memakan mie instan. Kami bercerita dan bertukar pikiran mengenai banyak hal, sampai pada suatu topik yang saya angkat dari perkataan john lenon, dia bilang “everything is gonna be alright at the end, if its not alright then its not the end yet” kurang lebih begitu setau saya. Saya bilang kepada teman saya kalau ucapan ini menurut saya ada benarnya, karena sampai pada saat itu semua baik – baik saja, dan hari – hari yang dulunya memusingkan sudah lewat, bahkan urusan – urusan yang memusingkan itu sudah berakhir.

Kemudian teman saya bilang “there’s no happy ending”. Dia percaya kalau happy ending itu cuma ada di film. Menurut dia ending itu adalah sebuah kematian. Kalau film – film dengan happy ending diberi durasi lebih lama, pasti akan timbul masalah baru. Jadi happy ending itu enggak ada.

Ucapannya membuat saya sedikit labil, karena semuanya logis. Mejalani hidup itu selalu ada masalah, setiap masalah itu akan selesai ketika kita menemukan solusinya. Kalau kita melihat hidup seperti sebuah buku, ada chapter 1, 2, dan seterusnya, kita mungkin akan bisa memisahkan masa kecil, beranjak dewasa, dewasa, tua, atau kategori – kategori lainnya yang pada akhir sub bab-nya menemukan endingnya. Ending dari bab tersebut bisa bahagia atau tidak bahagia, tapi cerita itu terus berjalan baik dengan akhir cerita dari sub bab tadi bahagia atau tidak. Sampai buku itu habis halamannya, hanya orang yang membacanya yang dapat menilai apakah buku itu berakhir dengan happy ending atau sad ending.

Terlalu pesimis memang kalau kita bilang tidak ada happy ending, yang kemudian dipertanyakan adalah apakah kematian itu sebuah akhir dari buku kehidupan, atau akhir dari sebuah bab dalam hidup. Apakah kematian itu happy ending, atau sad ending. Hanya kita yang menulis buku itu, dan mereka yang membacanya yang mengetahuinya.

Eh? Apa benar kita menulis buku itu sendiri? Atau buku itu sudah ditulis sebelumnya? 

ps: baca tulisan ini sambil dengarkan lagu "Loney, Dear - Ignorant Boy, Beautiful Girl", semoga kalian bisa merasakan apa yang saya rasakan ketika menulis tulisan ini

Aneh


Menentukan pilihan bukan lah hal yang mudah. Terkadang pilihan pun tidak hadir ketika ia diharapkan. Terkadang pilihan itu ada namun ia tidak diharapkan. Terlalu naïf rasanya untuk memilih, ketika megetahui bahwa semua sudah diatur. Apakah benar kita masih harus memilih? Apa bedanya bila kita memilih hal yang baik dan buruk? Haruskah kita bertanya? Memberikan pernyataan?

Semua ini terlalu gamang untuk dituliskan, terlalu banyak hal yang tidak dapat digambarkan dengan kata – kata. Bahasa yang ada tidak dapat mengungkapkan perasaan. Kini pilihan kata menjadi tidak masuk akal, bahkan tidak sekalipun untuk dituliskan. Sembilan puluh kata sebelumnya belum juga menyentuh apa yang ingin aku gambarkan. Semua hanya omong kosong, dan aku biarkan tulisan ini berakhir tanpa titik, karena tidak ada yang pernah selesai

Minggu, 04 Maret 2012

76

hari ini saya beranjak dari jakarta ke bandung.. oia, saya lupa memperkenalkan diri, nama saya wisnu dan saya sedang menempuh pendidikan S1 di suatu perguruan tinggi di bandung. namun sebenarnya saya bertempat tinggal di jakarta, keluarga saya sudah tinggal di jakarta sejak tahun 1992, saya juga menghabiskan masa sd sampai sma di jakarta.

jadi.. hari ini , hari minggu tepatnya saya pulang ke bandung untuk menjalani rutinitas kuliah, saya ke bandung dengan jasa travel. setelah saya menghabiskan waktu dengan keluarga akhirnya saya diantarkan ke tempat travel dekat rumah. malam itu travel yang akan saya tumpangi penuh. saya yang belum melakukan reservasi mendatangi counter tiket.
"mas kalau belum reservasi, masih ada tempat?" tanya saya
"kebetulan penuh pak, kalau mau waiting list saja" jawab orang yang menjaga counter tiket sambil mensodorkan kertas untuk penulisan data waiting list. sayapun menuliskan nama saya dikertas itu. "kalu waiting list kira2 jam berapa ya baru bisa berangkat?" tanya saya..
"paling jam 9.15 pak"
"ooo ok.." balas saya sambil
melihat jam yang sekarang pukul 8.45..
setelah itu saya menunggu sampai nama saya dipanggil untuk membayar, saya duduk berseberangan dengan televisi. disamping saya ada seorang laki2 yang kira2 umurnya 35 tahun dan di sebelah kanan saya ada seorang perempuan berambut hitam yang panjangnya menutupi punggung..

saya menunggu sambil menonton tv, kemudian laki2 yang berada disamping saya menyapa
"travel yang jam berapa mas?"
"belum dapat tiket sih, tapi kira2 jam 9.15 katanya. kalau mas jam berapa travelnya"
"saya sih selalu jam9 kalau travel disini, selalu booking juga jadi pasti dapat tempat"
"iya sih, kalau hari minggu begini biasanya penuh jadi memang harus booking dulu"
"kalau tujuannya mau ke arah mana mas?"
"saya ke dipatiukur.."
"saya juga kesana tujuannya" jawab orang itu.

lalu kami terdiam.. memang kalau sedang berpergian sendiri obrolan basa basi semacam ini sudah biasa.. tidak lama kemudian nama saya dipanggil,
"pak wisnu.."
lalu saya menghampiri counter tiket, untuk melakukan transaksi..
"jam 9.00 ya pak, ke dipatiukur"
"iya" jawab saya sambil mengambil uang di dompet" mobil travel saya pun tiba, dengan no mobil 94 saya pergi ke bandung. kursi yang tersisa adalah kursi no. 10 yang terletak di baris kanan paling belakang, satu baris dengan supir, disamping kiri saya kursi no. 9 yang ternyata adalah perempuan yang tadi duduk di sebelah kanan saya. perempuan ini dari tadi hanya diam dan sesekali memainkan ponselnya. rasanya enggan sekali untuk mengajak saya bicara. laki2 laki tadi, duduk di kursi no. 7 yang terletak di depan kiri saya, jadi posisinya serong kiri. saat dia ingin duduk dia menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan saya,
"restu" katanya seraya memperkenalkan diri.
"wisnu" jawab saya. setelah itu mobil yang kami tumpangi berangkat menuju bandung.

tidak lama kemudian saya tertidur pulas..
saya melihat orang yang tadi berbicara dengan saya sedang berjalan namun dalam keadaan terpincang2, kaki kirinya sepertinya sedang luka atau cedera. orang tadi mengatakan kepada pak supir "pak turunkan saya disini saja.. tolong turunkan saya disini" orang itu meminta untuk diturunkan di jalan tol..
tiba-tiba saya medengar perempuan yang berada di kiri saya sedang menangis, dan sayapun terbangun dari tidur. nafasnya tergesa2 suaranya seperti berbisik.. kemudian dia mencolek tangan saya seakan ingin berkata sesuatu. saya tatap bibinya yang pelan2 begerak. dia berysaha berbicara dengan bibir pucat, "orang tadi..", "orang yang dari tadi mas ajak bicara" suaranya hampir tidak terdengar. saya balas dengan bahasa tubuh yang mengisyaratkan "kenapa?"

matanya terus melihat kebawah.. "dia sudah meninggal kemarin lusa dalam kecelakaan travel di km 76, pukul 9.00" saya pun terdiam dan perlahan melihat ke tempat dia berada sebelumnya, ternyata kursi itu kosong sedari tadi, namun perempuan itu telah melihat keberadaan sosok tersebut sejak masuk ke dalam mobil tadi. perempuan itu menggambarkan rupanya, kaki kirinya terluka parah, kepalanya hancur dan tanpa mata. sekali lagi aku menengok ke arah kursi itu, namun perempuan itu melarang "dia masih ada ditempat duduknya" kata perempuan itu sambil berbisik..











Kamis, 12 Januari 2012

for Arief

Gw pengen nulis lagi, tapi ngga pengen juga.
kenapa pengennya? karena udah lama ngga nulis, (itu doang?)
lebih tepatnya, kemaren temen gw yang sebut saja namanya arief, dia menayakan kenapa blog ini udah ngga pernah gw update lagi. Terus gw jawab alasannya adalah karena gw udah lama ngga nulis, jadi mood gw untuk nulis udah hilang, Selain itu buat gw sekarang gw lebih suka ngobrol sama orang untuk bilang apa yang ada dipikiran gw. gw juga udah mulai kehilangan atau udah ngga pandai menggunakan kosa kata, emang ngga pernah pandai juga sih, tapi kemampuan itu kayanya udah ilang. Kalau soal kosa kata obatnya sudah pasti baca buku. Orang yang maaf tuli kemungkinan besar sulit untuk menguasai bahasa secara lisan, nah gw bisa dibilang ada dalam fase itu. Terus kenapa gw lebih suka ngobrol? gue rasa respon secara langsung itu yang gw suka, dan gw bisa milih - milih pendengar, tapi kalau gw nulis di blog pembacanya bisa siapa aja yang mau. Tapi lagi! nulis itu buat gw lebih elite dari pada ngobrol. Karena kalau gw ngobrol, mungkin besok - besok gw udah lupa kita lagi ngobrolin apa sekarang, lain lagi kalau ada sesuatu yang sepesial dalam obrolan itu, misalnya gw ngobrol sama orang yang gw suka, pasti gw ngga akan lupa, atau gw ngobrol dalam waktu yang lagi krusial misalnya, obrolan waktu hampir mati. Momentum seperti itu bisa melekatkan hal disekitarnya, salah satunya bahan obrolan. Tanpa hal - hal spesial tadi, obrolan itu cepet banget dilupakan. Nah! kalau tulisan..... tau sendiri khan?? dengan hitam diatas putih sesuatu bisa jelas, ada dokumentasinya, bisa dipertanggungjawabkan dan lain - lain. Selain itu buat mereka - mereka yang memiliki kecerdasan ekstra biasanya pemikirannya dituangkan kedalam bentuk tulisan bukan cuma obrolan. Jadi sebetulnya gw sedih dengan kondisi gw yang sekarang ngga pengen nulis.

Nah lagi!! kenapa ngga pengen nulis??
beberapa hal udanh gw bilang diatas, kalau gw udah keilangan mood untuk nulis, terus pelarian gw untuk bercerita itu udah bukan ke tulisan lagi tapi lebih ke ngobrol karena alasan - alasan yang ada diatas juga. Alasan lainnya adalah gw udah gw udah jarang baca buku, seperti apa yang gw singgung diatas lagi, intinya bahwa kalau gw mau bisa nulis, gw harus banyak baca ; kalau gw mau bisa ngomong, gw harus banyak dengerin orang ; kalau gw mau bisa main musik, gw harus banyak denger musik orang. intinya lagi.....

kaya nafas lah... kalau gw ngga menghirup oksigen untuk gw nafas, ya gw ngga bisa embusin oksigen dan gw ngga bisa bernafas, menulis, ngomong, main musik..

-for arief

Selasa, 31 Mei 2011

Ketiga

Pernah aku dengar kicauan burung, nadanya terdengar alami dan apa adanya. Mewarnai pagi, memberi pesan bahwa hari itu indah. Bila langit mendung, tak lagi aku dengarkan kicauan itu. Entah bersembunyi dimana mereka. Tapi yakin rasa ini anadai hari sedang baik kicauan itu akan datang dan bantu aku memaknainya.

Suatu hari yang mendung terdengar sebuah kicauan. Mulutnya besar, tidak berupa paruh. Ya, dia bukan burung yang berkicau. Tetapi tidak kalah cantik kicauannya, yang indah - indah dia ceritakan. Kata - katanya teratur namun agak ragu.

"Kamu ingat waktu pertama kali kita ketetemu? aku cuma diam lihat kamu diwawancara, dan merhatiin gerak - gerik tingkah laku kamu. Aku perhatiin gerak bibir kamu, mata kamu yang sesekali ngelihat kearah aku, saat itu aku tau kalau kamu adalah wanita yang paling cantik yang pernah aku lihat." hatiku seakan luluh mendengar akhir kalimatnya yang memuji.

"Aku yakin kalau kamu adalah orang yang bisa buat aku seneng, dan aku enggak mungkin salah sama perasaan itu." aku masih terdiam memandangi jalanan didepan rumahnya.

"Aku sayang sama kamu.. cuma kamu. kamu percaya kan sama aku?"

"Percaya? Aku harus percaya sama apa? kata - kata? Buat apa aku percaya kalau ternyata itu enggak sesuai sama kenyataan, kenyataan yang aku lihat sendiri"

Dulu kita sering menghabiskan waktu berdua, untuk menonton film atau hanya sekedar duduk dan mengobrol. Aku merasa bahwa kita punya banyak kesamaan, dan sampailah pada titik dimana aku ingin sekali untuk terus menghabiskan waktu bersama - sama. Bahkan lebih jauh lagi aku ingin memiliki dia. aku sebagai wanita tidak memiliki keberanian untuk berbicara soal status hubungan kita. Tetapi pernah beberapa kali aku singgung mengenai status hubungan ini, dan jawabannya "Buat aku, status itu hanya status tapi yang nentuin perasaan kita kan bukan status?" Aku mengangguk tersenyum, melihat air mukanya yang menerangkan seakan berkata aku tidak punya istilah yang lebih baik dari kata, pacaran, pasangan suami isteri, dan sinonim pasangan yang lainnya untuk menggambarkan hubungan yang kita rasa sangat lucu, menyenagkan, indah, dan lain - lain.

Tapi sore itu pertanyaanku tadi terjawab. Aku bermaksud untuk memberikan dia sebuah kejutan dihari ulang tahunnya. Saat aku hampiri rumahnya langkahku terhenti ketika aku melihat dia dan wanita lain sedang bercengkrama disamping kue ulang tahun. Tingkahnya tidak memperlihatkan bahwa hubungan mereka adalah hubungan keluarga apa lagi hubungan teman. Aku terdiam dan dia tiba - tiba datang menghampiri aku berusaha menjelaskan semuanya, dan berakhir dengan ucapanya

"Aku sayang sama kamu.. cuma kamu. kamu percaya kan sama aku?"

Aku langsung teringat persoalan status yang dulu pernah kita bicarakan. Saat itu aku enggan mendengarkan penjelasaan apa - apa. Tetapi mengapa dia tidak berbicara jujur bahwa aku ini hanya orang ke - 3.

Mengapa dia harus menyiksa aku dengan serangkaian kata - kata penjelasan yang tidak akan mejelaskan, terlebih menyelesaikan sesuatu.

Senin, 07 Maret 2011

Semu

Sore itu aku berjalan sendiri, dan entah apa yang aku cari. Kadang memang kesendirian dapat membawa diri ini pergi entah kemana hayal tenang berbisik. Udara di sekitar desa yang sejuk membuat langkah ini lepas dan tak ingn pulang. Terus berjalan tanpa tujuan, sampai suatu titik yang nampak buram aku jelaskan dengan mata yang memicing. Alis ku mengerut meraba – raba siapa yang akan datang menghampiri ku. Sesosok wanita anggun menghampiriku dan menutupi cahaya matahari yang mulai pudar dimakan sore. Rasanya seperti mimpi. Wanita itu berkata lirih “akankah besok kita bertemu lagi?” aku nikmati setiap kata yang terucap dari mulutnya. Lama aku terdiam, dan mengulangi kata – kata tersebut. Dan akhirnya aku menjawab, “aku akan selalu disini kalau saja kamu nyata”.

Tiba – tiba terdengar langkah kaki dan suara yang menyapa, “lama tak bersua”. Aku tengok siapa yang ada dibelakangku, sungguh dia yang tak pernah hadir dalam hari – hariku yang datang menyapa. Suaranya tanpa gema, dan jelas terdengar. Aku menjawab “iya, mungkin hanya dalam mimpi kita bersua. Tapi lain ketika kamu memang hadir disini”.

Aku palingkan muka kepada lawan bicaraku sebelumnya, namun sosoknya mulai pudar. Dalam pudarnya aku melihat dia yang terus mengamatiku. Dan perjalanan kecil itu membuat hati ini tidak adil, ketika aku mengadakan yang tidak ada. Dan meniadakan yang ada…

Jumat, 22 Oktober 2010

0102

"gimana caranya yah tong? gw sayang sm cw gw tapi dengan hadirnya posisi ini kenapa gw jadi ragu untuk pertahanin cw gw??" Urai Reski setelah panjang lebar berdebat dengan Oto. "sekarang kata hati lo bilang apa?" Tanya Oto dengan enteng. "ya.. kata hati gw lagi bingung, ragu, pokoknya abstrak, gw gabisa bilang pake bahasa yang bener"
"gimana yaah.. sebenernya kalo lo konsen sama cw lo yang sekarang, harusnya mantan lo jangan lo kasih ruang. Sekarang lo bingung karena perbuatan lo sendiri kan" dengan nada santai Oto mencoba menyadarkan Reski. "engga perlu lo bilangin juga gue tau tong, sekarang masalahnya bukan itu lagi. gw udah sampe sini, tinggal cari jalan keluarnya. dengan lo ngomong kaya gitu engga nyelesaiin apa - apa, kata - kata lo cuma buat penyeselan gw. ngerti?!" Kata reski sambil membakar rokoknya..

Kalau sudah sampai di titik seperti ini, aku sudah tidak perlu lagi berbicara. Karena pembicaraan itu akan membuang waktu saat emosinya yang pegang kendali. Aku keluar dari kamar Reski dan mengambil segelas air. Tiga hari kemudian aku akan berulang tahun, tapi yang terjadi adalah perdebatan - perdebatan yang tidak diharapkan singgah.

--

Beberapa hari semuanya berlangsung datar, sampai akhirnya reski menghubungi ku saat aku mencuci mobil. Dan semuanya berlangsung seperti yang sudah disekenariokan. tanpa kata maaf, semuanya berjalan seakan tidak pernah ada apa apa.

Aku pulang kerumah untuk bersiap - siap ke undangan. Aku, ayah dan ibu pergi bertiga ke undangan. Sesampai di tempat tujuan kami menyalami kedua mempelai. Aku tidak begitu dekat dengan mereka yang punya acara. yang banyak kenal adalah ayah, karena yang menikah adalah anak dari teman lama ayah.

Aku berjalan sendiri mencari makan saat ayah dan ibu sedang sibuk ngobrol. tiba tiba ada yang memanggil, aku berbalik menghadap ke arah suara itu datang. Ternyata dia mantan ku. aku berjalan menghampirinya.
"Jadi sekarang kita saudaraan?"
"Aku bukan keluarga yang nikah, tapi bapaknya si mempelai laki - laki temen dekat ayah. ya begitulah hubungannya.."
"oo gitu.."

Setelah itu pembicaraan makin panjang dan nyaman. kita bahas soal kesibukan, hobi, dan banyak lainnya yang tidak terpikirkan mengalir begitu saja dalam pembicaraan itu.

Namanya Nisya, dulu kita berpacaran selama kurang lebih tiga tahun.. dan berakhir karena suatu masalah yang sudah lama hadir namun selalu dihindari, sampai akhirnya menemukan ketidak cocokan. terkadang perbedaan itu menimbulkan banyak warna kalau saja setiap kita bisa menerimanya. Semuanya berlangsung dengan cepat tanpa perdebatan panjang dan ribut -ribut. ini keputusan bersama.

Saat ini memang aku tidak memiliki hubungan yang khusus dengan seorang wanita pun, tetapi hanya sedang dekat dengan Alysha. berbeda dengan situasi reski waktu itu, yang mantannya ada disaat dia sedang menjalin hubungan dengan pacar barunya.

Setelah malam itu kami mengbrol panjang,
pelajarannya..
berjalan lah dengan mata fokus kedepan. apa yang terintas dan tertinggal di belakang hanyalah sebuah pelajaran.. karena kita tidak sedang jalan mundur