Jumat, 22 Oktober 2010

0102

"gimana caranya yah tong? gw sayang sm cw gw tapi dengan hadirnya posisi ini kenapa gw jadi ragu untuk pertahanin cw gw??" Urai Reski setelah panjang lebar berdebat dengan Oto. "sekarang kata hati lo bilang apa?" Tanya Oto dengan enteng. "ya.. kata hati gw lagi bingung, ragu, pokoknya abstrak, gw gabisa bilang pake bahasa yang bener"
"gimana yaah.. sebenernya kalo lo konsen sama cw lo yang sekarang, harusnya mantan lo jangan lo kasih ruang. Sekarang lo bingung karena perbuatan lo sendiri kan" dengan nada santai Oto mencoba menyadarkan Reski. "engga perlu lo bilangin juga gue tau tong, sekarang masalahnya bukan itu lagi. gw udah sampe sini, tinggal cari jalan keluarnya. dengan lo ngomong kaya gitu engga nyelesaiin apa - apa, kata - kata lo cuma buat penyeselan gw. ngerti?!" Kata reski sambil membakar rokoknya..

Kalau sudah sampai di titik seperti ini, aku sudah tidak perlu lagi berbicara. Karena pembicaraan itu akan membuang waktu saat emosinya yang pegang kendali. Aku keluar dari kamar Reski dan mengambil segelas air. Tiga hari kemudian aku akan berulang tahun, tapi yang terjadi adalah perdebatan - perdebatan yang tidak diharapkan singgah.

--

Beberapa hari semuanya berlangsung datar, sampai akhirnya reski menghubungi ku saat aku mencuci mobil. Dan semuanya berlangsung seperti yang sudah disekenariokan. tanpa kata maaf, semuanya berjalan seakan tidak pernah ada apa apa.

Aku pulang kerumah untuk bersiap - siap ke undangan. Aku, ayah dan ibu pergi bertiga ke undangan. Sesampai di tempat tujuan kami menyalami kedua mempelai. Aku tidak begitu dekat dengan mereka yang punya acara. yang banyak kenal adalah ayah, karena yang menikah adalah anak dari teman lama ayah.

Aku berjalan sendiri mencari makan saat ayah dan ibu sedang sibuk ngobrol. tiba tiba ada yang memanggil, aku berbalik menghadap ke arah suara itu datang. Ternyata dia mantan ku. aku berjalan menghampirinya.
"Jadi sekarang kita saudaraan?"
"Aku bukan keluarga yang nikah, tapi bapaknya si mempelai laki - laki temen dekat ayah. ya begitulah hubungannya.."
"oo gitu.."

Setelah itu pembicaraan makin panjang dan nyaman. kita bahas soal kesibukan, hobi, dan banyak lainnya yang tidak terpikirkan mengalir begitu saja dalam pembicaraan itu.

Namanya Nisya, dulu kita berpacaran selama kurang lebih tiga tahun.. dan berakhir karena suatu masalah yang sudah lama hadir namun selalu dihindari, sampai akhirnya menemukan ketidak cocokan. terkadang perbedaan itu menimbulkan banyak warna kalau saja setiap kita bisa menerimanya. Semuanya berlangsung dengan cepat tanpa perdebatan panjang dan ribut -ribut. ini keputusan bersama.

Saat ini memang aku tidak memiliki hubungan yang khusus dengan seorang wanita pun, tetapi hanya sedang dekat dengan Alysha. berbeda dengan situasi reski waktu itu, yang mantannya ada disaat dia sedang menjalin hubungan dengan pacar barunya.

Setelah malam itu kami mengbrol panjang,
pelajarannya..
berjalan lah dengan mata fokus kedepan. apa yang terintas dan tertinggal di belakang hanyalah sebuah pelajaran.. karena kita tidak sedang jalan mundur

Tidak ada komentar:

Posting Komentar